Dalam audensi tersebut Herry menyampaikan bahwa saat ini kerja sama antara pemerintah daerah dengan BRIN sudah tidak dilakukan melalui PKS atau MoU. "Kini, kita semua hanya memiliki satu dokumen yang dinamakan NKS (Nota Kesepakatan Sinergi), cukup dibuat satu saja oleh BRIN dalam hal ini kedeputian BRIDA dengan provinsi, kabupaten, atau kota," ungkap Herry.
Lebih lanjut Herry menegaskan yang terpenting dari NKS adalah lampirannya, karena di dalam lampiran tersebut, akan terlihat kajian-kajian apa yang akan dikerjasamakan, tentunya dengan mekanisme berdasarkan kebutuhan daerah. "Dalam pembuatan NKS hendaknya bersifat fleksibel, kajiannya tidak langsung spesifik tetapi kajian yang memiliki ruang lebih luas untuk memudahkan apabila ada kajian-kajian yang dibutuhkan selanjutnya untuk dapat digabungkan dalam satu bagian dari riset yang relevan," jelasnya.
Ketiga lokasi BRIDA yang menjadi tujuan audensi Kepala OR Abastra kali ini meliputi Gianyar, Denpasar, dan Badung. Daerah tersebut secara integral memiliki warisan budaya dan sejarah Bali yang kaya berupa situs arkeologi dan pura yang mencerminkan kekayaan sejarah, seni, dan budaya.
Menurut peneliti BRIN Suwita Utami, ada banyak potensi yang dapat digali dan memerlukan kajian yang mendalam. "Gianyar memiliki banyak potensi dalam bentuk temuan prasasti, seperti prasasti logam, prasasti batuan, prasasti Kemenuh, prasasti Sukawati, dan prasasti batu yang terletak paling ujung, seperti di Blanjong dan di Pejeng. Prasasti batu seperti di Pejeng sendiri cukup banyak ditemukan di beberapa pura," papar Utami.
Lebih lanjut, Utami menyatakan, pengelolaan serpihan-serpihan prasasti ini masih menjadi tantangan dalam penelitiannya. Proses penetapan keaslian dan nilai historis prasasti memerlukan waktu dan penelitian yang mendalam. Kajian ini tidak hanya memperhatikan bentuk fisik prasasti, tetapi juga mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah.
Kepala BRIDA Kabupaten Gianyar Ketut Sedana menyatakan dengan adanya pertemuan seperti ini, yang melibatkan dinas terkait permasalahan-permasalahan di lapangan semakin jelas dan penyelesaiannya pun akan semakin mudah. "Penetapan situs-situs yang ada di Gianyar perlu dilakukan oleh dinas terkait seperti dinas kebudayaan dan dinas pariwisata. Kami hanya memfasilitasi apa yang menjadi prioritas dari dinas-dinas yang menentukan tersebut. Kesimpulannya kita lakukan NKS dan diperlukan adendum apa menjadi prioritas yang dilakukan periset ini nantinya,†ungkap Sedana.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Denpasar I Made Pasek Mandira menyambut baik kedatangan Kepala OR Arbastra dan rombongan. Ia berharap mendapat masukan tentang hal-hal yang bisa dilakukan kerjasama dengan melihat potensi yang ada di kota Denpasar terkait bahasa dan sastra, karena selama ini Balitbang Kota Denpasar belum pernah melakukan pengkajian terkait dengan bahasa dan sastra.
Hal senada juga disampaikan Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah Kabupaten Badung I Wayan Suambara. "Selama ini kami di pemerintah kabupaten belum memberikan cukup perhatian terhadap aspek-aspek ini, yaitu arkeologi, bahasa, dan sastra. Pertemuan kali ini saya rasa sangat tepat karena ada relevansinya dengan permintaan dari dinas kebudayaan yang meminta kami untuk melakukan penelitian tentang sejarah pura termasuk bangunan-bangunan budaya," ungkap Suambara.
Lebih lanjut, Suambara menyampaikan dukungannya atas hasil-hasil penelitian para periset BRIN dan apabila para periset melihat ada hal-hal yang bisa dikerjasamakan terkait riset agar segera menghubungi BRIDA kabupaten Badung dan siap mendukung kegiatan tersebut. (yul,igp,gws/ed:jml)